Translate

Tuesday 4 June 2013

EMPIEMA




  1. DEFINISI
Emphiema thoraksis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada kavitas pleural (Brunner and Suddart, 2000). Emphiema thorak juga dapat berarti adanya proses supuratif pada rongga pleura.

  1. ETIOLOGI
1.      Infeksi yang berasal dari dalam paru :
a.       Pneumonia
b.      Abses paru
c.       Bronkiektasis
d.      TBC paru
e.       Aktinomikosis paru
f.       Fistel Bronko-Pleura
2.      Infeksi yang berasal dari luar paru :
a.       Trauma Thoraks
b.      Pembedahan thorak
c.       Torasentesi pada pleura
d.      Sufrenik abses
e.       Amoebic liver abses

  1. PATHOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
Akibat invasi basil piogenik ke pleura akan mengakibatkan timbulnya radang akut yang diikuti pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel PMN yang mati akan meningkatkan kadar protein dimana mengakibatkan timbunan cairan kental dan keruh. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.

Apabila nanah menembus bronkus, timbul fistel bronkus pleural. Sedangkan bila nanah menembus dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut emphiema nesessitasis. Emphiema dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Emphiema akut dapat berlanjut ke kronis. Organisasi dimuli kira-kira setelah seminggu dan proses ini berjalan terus sampai terbentuknya kantong tertutup.

PATHWAYS







  1. TANDA DAN GEJALA
1.      Emphiema akut
§                                      Panas tinggi dan nyeri pleuritik
§                                      Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura
§  Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger
§  Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural
§  Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali

2.      Emphiema kronis
§  Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan
§  Badan lemah, kesehatan semakin menurun
§  Pucat, clubbing finger
§  Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura
§  Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kea rah yang sakit
§  Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Foto thorak
b.      Tes kultur dan kepakaan dari drainase hasil aspirasi dari pleura

  1. KOMPLIKASI
§  Fistel Bronko pleura
§  Syok
§  Sepsis
§  Gagal jantung kongesti

  1. PENATALAKSANAAN
§  Pengosongan nanah
§  Antibiotika
§  Penutupan rongga emphiema
§  Pengobatan kausal
§  Pengobatan tambahan

  1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.       Biodata
b.      Riwayat kesehatan : pernah mengalami pembedahan thorak, menderita abses paru, TBC, Pneumonia
c.       Data obyektif :
§  Suhu tubuh diatas normal saat inflamasi akut pleura
§  Perkusi paru redup
§  Tidur miring kea rah yang sakit
§  Pernafasan cupping hidung
§  Ekspansi dada asimetri
§  Penurunan atau tidak terdengar bunyi nafas diatas area yang terkena
§  Batuk produktif
§  Malaise
§  Keletihan
§  Takikardia, takipnea
§  Foto dada
§  Torasentesis
§  GDA : Pa O2 < 70 mmhg, PaCO2 dan pH dalam batas normal

d.      Data subjektif :
§  Mengeluh sesak nafas
§  Nyeri daerah dada yang mengalami pleuritis
§  Nyeri pada daerah insisi post pemasangan WSD

  1. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan ketidakedekuatan ekspansi dada (penumpukan udara/cairan)
Intervensi :
§  Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan
§  Perhatikan gerakan dada dan posisi trakea, auskultasi bunyi nafas setiap 2 jam sampai 4 jam
§  Yakinkan dan cobalah menenangkan pasien. Baringkan pasien dalam posisi untuk mendapatkan pernafasan optimal dalam posis duduk dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60-70 derajat
§  Berikan terapi oksigen via kanul dengan 2-6 L/mnt sesuai pesanan kecuali ada kontra indikasi
§  Monitor tanda-tanda vital setiap 2-4 jam
§  Hindari peregangan, atau gerakan yang mendadak. Berikan dukungan emosional, tetaplah bersama pasien setelah periode ansietas tinggi.
§  Teruskan dengan perawatan akut dan mengurangi fungsi perawat sejalan dengan peningkatan kondisi pasien

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
Intervensi :
§  Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksemia
§  Pantau hasil pemeriksaan gas darah arteri
§  Observasi terhadap tanda penurunan upaya pernafasan
§  Observasi terhadap ekspansi dada yang tidak seimbang
§  Berikan tambahan oksigen sesuai dengan pesanan, Bantu dengan intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanik sesuai yang diperlukan
§  Pantau fungsi dan patensi selang dada. Berikan waktu istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen

3.      Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis ( trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Intervensi :
§  Kaji terhadap adanya nyeri (verbal dan non verbal)
§  Berikan anlgetik sesuai pesanan
§  Kaji efektifitas tindakan penurunan rasa nyeri
§  Berikan obat pada pasien sebelum latihan batuk/bernafas. Instruksikan pasien untuk teknik pembebatan
§  Amankan selang dadauntuk membatasi gerakan dan menghindari gesekan

4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan mandiri
Intervensi :
§  Kaji tingkat pengertian mengenai proses penyakit dan factor-faktor yang mempengaruhi
§  Jelaskan pentingnya untuk melakukan latihan sesuai dengan toleransi, untuk menghindari keletihan dan istirahat sesuai dengan rencana
§  Jelaskan pentingnya untuk menghindari aktifitasatau latihan yang memberikan stress, terutama olah raga kontak fisik. Jelaskan pentingnya untuk tidak merokok
§  Jelaskan pentingnya untuk menghindari orang yang sedang terkena infeksi terutama ISPA, Jelaskan pentingnya perawatan rawat jalan yang berkelanjutan
§  Diskusikan mengenaigejala yang harus dilaporkan kepada dokter
§  Diskusikan mengenai program pengobatan




ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APENDISITIS

PENGERTIAN
Apendisitis merupakan peradangan pada apendik periformis.
Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2 - 6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di bawah katup iliacecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.

PATOFISIOLOGI
Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum. Peradangan pada (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi pada apendik, tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen.


Masa / tinja / benda asing


ß


Obstruksi lumen apendiks


ß

Peradangan




sekresi, mukus tidak dapat keluar

Pembengkakan jaringan limpoid



Peregangan apendik


ß


Tekanan intra luminal  ­ 
suplai darah terganggu


ß


Hipoksia


ß


Nyeri

Akut ---- Ulserasi + invasi bakteri

Kronis ---- Nekrose + perporasi
apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/faeses yang keras). Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan perlengketan, infeksi dan terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini berlangsung terus-menerus organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat

ETIOLOGI
·         Ulserasi pada mukosa
·         Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
·         Pemberian barium
·         Berbagai macam penyakit cacing
·         Tumor
·         Striktur karena fibrosis pada dinding usus

INSIDEN
Apendiksitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama kecuali pada usia pubertas dan usia 25 tahun wanita lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2

PENCEGAHAN
Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi atau peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendiksitis meminimalkan resiko terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.


MANAGEMENT  KOLABORASI

Pengkajian
Riwayat:
Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan apendisitis meliputi : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan, dan riwayat medik lainnya, pemberian barium baik lewat mulut/rektal, riwayat diit terutama makanan yang berserat.

Pengkajian
a. Data Subyektif
    Sebelum operasi
·         Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah
·         mual, muntah, kembung
·         Tidak nafsu makan, demam
·         Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
·         Diare atau konstipasi
               Sesudah operasi
·         Nyeri daerah operasi
·         Lemas
·         Haus
·         Mual, kembung
·         Pusing

b. Data Obyektif
              Sebelum operasi
·         Nyeri tekan di titik Mc. Berney
·         Spasme otot
·         Takhikardi, takipnea
·         Pucat, gelisah
·         Bising usus berkurang atau tidak ada
·         Demam 38 - 38,5 ° C
                Sesudah operasi
·         Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
·         Terpasang infus
·         Terdapat drain/pipa lambung
·         Bising usus berkurang
·         Selaput mukosa mulut kering

. Pemeriksaan Laboratorium
·         Leukosit : 10.000 - 18.000 / mm3
·         Netrofil meningkat 75 %
·         WBC yang meningkat  sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)

d. Data Pemeriksaan Diagnostik
·         Radiologi : Foto colon  yang memungkinkan adanya fecalit pada katup.
·         Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian

e. Potensial Komplikasi
·         Perforasi
·         Peritonitis
·         Dehidrasi
·         Sepsis
·         Elektrolit darah tidak seimbang
·         Pneumoni


Diagnosa Keperawatan
No
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN / KRITERIA
RENCANA TINDAKAN
1
Nyeri abdomen berhu-bungan dengan obstruksi dan peradangan apen-diks.
Subyektif :
·      Nyeri daerah pusar menjalar kedaerah perut kanan bawah.
·      Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.

Obyektif :
·      Nyeri tekan di titik Mc Burney.
Nyeri berkurang.
Kriteria :
Klien mengungkapkan ra-sa sakit berkurang.
Wajah dan posisi tubuh tampak rilaks
·      Kaji tanda vital
·      Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan intensitas nye-ri. Ukur dengan skala 1-10.
·      Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi.
·      Beri posisi ½ duduk untuk me-ngurangi penyebaran infeksi pada abdomen.
·      Ajarkan tehnik relaksasi.
·      Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi nyeri.
·      Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman (miring dengan menekuk lutut kanan).
·      Puasa makan minum apabila akan dilakukan tindakan.
·      Ciptakan lingkungan yang tenang.
·      Laksanakan program medik.
·      Pantau efek terapeutik dan non terapeutik dari pemberian analgetik.

2
Resiko kekurangan vo lume cairan berhubung an dengan mual, mun- tah, anoreksia dan diare.
Cairan dan elektrolit da-lam keadaan seimbang.
Kriteria :
Turgor kulit baik.
Cairan yang keluar dan masuk seimbang.

·      Observasi tanda vital suhu, nadi, tekanan darah, perna-pasan tiap 4 jam.
·      Observsi cairan yang keluar dan yang masuk.
·      Jauhkan makanan/bau-bauan yang merangsang mual atau muntah.
·      Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung.
3
Kurang pengetahuan ten tang prosedur persiapan dan sesudah operasi.
Subyektif
Klien / keluarga ber-tanya tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi
Obyektif
Klien tidak kooperatif terhadap tindakan per-siapan operasi.
Setelah diberikan penje-lasan klien memahami tentang prosedur persiap-an dan sesudah operasi

Kriteria
Klien kooperatif dengan tindakan persiapan operasi maupun sesudah operasi.
Klien mendemonstrasikan latihan yang diberikan.
·      Jelaskan prosedur persiapan operasi.
Þ   pemasangan infus.
Þ  puasa makan & minum sebelumnya 6 - 8 jam.
Þ  cukur daerah operasi.
·      Jelaskan situasi dikamar bedah.
·      Jelaskan aktivitas yang perlu dilakukan setelah operasi.
Þ  Latihan batuk efektif.
Þ  mobilisasi dini secara pasif dan aktif  bertahap.

4
Kerusakan integritas ku-lit berhubungan dengan luka pembedahan.
Luka insisi sembuh tanpa ada tanda infeksi.
·      Pantau luka pembedahan dari tanda-tanda peradangan : de-mam, kemerahan, bengkak dan cairan yang keluar, warna jum-lah dan karakteristik.
·      Rawat luka secara steril.
·      Beri makanan berkualitas atau dukungan klien untuk makan. Makanan mencukupi untuk mempercepat proses penyembuhan.
·      Beri antibiotika sesuai program medik.


DAFTAR PUSTAKA :

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan        dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

……… 2000. Diktat Kuliah Medikal Bedah II. PSIK FK.Unair. TA: 2000/2001.     Surabaya.

Rothrock,Jane C. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC. Jakarta.


Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi. EGC. Jakarta